Senin, 26 April 2010

Kepedulian Kita terhadap Anak menjadi Emas bagi Indonesia

“Lingkungan memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan perilaku tiap individu dalam masyarakat sosial. Pengaruh lingkungan yang positif akan membentuk perilaku yang positif pula, sebaliknya bila pengaruh lingkungan bersifat negatif akan membentuk perilaku yang negatif.”

Oleh Maria Lidwina Yanita Petriella

Seperti yang baru-baru ini terjadi di Malang, Jawa Timur. Seorang anak berusia 4 tahun sudah merokok. Anak berinisial SW mulai merokok sejak ia berusia 1,5 tahun. SW yang bisa menghabiskan rokok satu bungkus per hari, mendapatkan rokok dari pergaulannya dengan orang dewasa. SW kerap bermain dengan orang dewasa karena menurutnya orang dewasa dapat memanjakan dirinya. Selain SW fasih dalam merokok, ia juga kerap berbicara cabul yang tidak sesuai dengan usianya. Walaupun merokok merupakan keinginannya, pihak orang tua dan lingkungannya tidak menganjurkannya untuk berhenti merokok.

Menurut penuturan Mulud dan Moedjiati selaku orangtua SW, mereka sudah pernah melarang SW untuk berhenti merokok tetapi SW marah dan mengalami sakit keras serta tidak ceria lagi. Akhirnya orangtua SW tidak pernah melarang SW untuk merokok. Meskipun perilaku SW sangat berbeda dengan balita lainnya, SW masih menyukai minum susu, permen, dan bermain dengan sepeda roda tiga kesayangannya.

Skinner (dalam Psikologi Remaja, 2007) membagi dua jenis perilaku, antara lain perilaku alami dan perilaku operan. Perilaku alami adalah sebuah perilaku yang secara spontan dan dibawa sejak lahir. Sedangkan, perilaku operan adalah perilaku yang dibentuk dengan proses belajar dan tidak secara spontan. Perilaku SW yang gemar merokok ini dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor lingkungan keluarga (inti) dan faktor lingkungan tempatnya bermain. Faktor lingkungan keluarga membawa pengaruh penting dalam membuat pondasi kepribadian anak, pendidikan dan bimbingan dari orang tua sangat penting dan berpengaruh dalam perkembangan anak karena pada usia 2-6 tahun, yakni masa kanak-kanak awal, anak cenderung meniru apa yang ada di sekitarnya dan mencoba segala sesuatu. Orangtua harus berperan aktif membimbing anak dalam mempelajari sesuatu. Kedekatan orangtua dengan anak sangat penting dalam memberikan pengaruh perilaku dan kepribadian terhadap anak.

Faktor lingkungan tempat bermain merupakan faktor kedua setelah faktor keluarga. Anak mencoba mencari teman-teman bermain, merasa nyaman, dan mencoba untuk mempelajari segala sesuatu. Dari lingkunganlah, SW merokok dan berbicara cabul. Dikarenakan SW menyukai bermain bersama orang-orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak seusianya. SW merasa nyaman dan segala keinginan SW dapat terpenuhi bila ia bergaul dengan orang dewasa. Semestinya selaku orang dewasa, ikut membimbing SW dan tidak mengajari hal yang tidak sesuai dengan usianya.

Bila SW dibiarkan dengan kebiasaannya, yaitu merokok dan berbicara cabul, bagaimana keadaan dirinya kelak? Bagaimana nasib generasi muda sebagai penerus bangsa Indonesia? Hal ini harus segera dihentikan. Rokok dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti asma, bronchitis, jantung, dan sebagainya. Selain mengganggu kesehatan, rokok dapat mempengaruhi pertumbuhan otak pada SW karena nikotin yang ada dalam rokok dapat memperlambat syaraf dan mengurangi oksigen di dalam otak sehingga akan berpengaruh pada kerja otak dan pada kecerdasaan anak nantinya.

Bicara cabul yang dilakukan SW dapat mempengaruhi perilakunya karena pada usia SW ini, anak-anak baru memulai mempelajari kata-kata. Bila yang dipelajari kata-kata yang tidak senonoh, dapat diprediksikan nantinya anak tersebut akan selalu berbicara kasar dalam berinteraksi sebab terbiasa dengan kata yang kasar dan tidak senonoh. Membentuk perilaku anak melalui suatu kebiasaan sehingga akan terbawa sampai ia dewasa, misalnya.

Selain berpengaruh pada kesehatan dan perkembangan SW, perilaku SW juga dapat mempengaruhi anak-anak lain. Bisa saja anak-anak mencontoh perilaku SW yang merokok dan berbicara cabul karena mereka tidak mengetahui hal tersebut tidak baik karena pada usia SW ini, anak suka meniru dan mencontoh sesuatu untuk ia pelajari. Perilaku SW ini sangat memprihatinkan bagi kita semua.

Berikut ini adalah tips mendidik anak agar anak tidak terjerumus hal yang negatif, antara lain perlunya kedekatan orangtua terhadap anak. Kedekatan orangtua terhadap anak sangatlah penting supaya orangtua mengetahui perkembangan secara detail dan kontrol terhadap anak, kedekatan orang tua terhadap anak juga berpengaruh terhadap perilaku anak. Selain kedekatan orangtua dan anak, orangtua harus bersikap jujur terhadap anak dan memberikan pengetahuan tentang pergaulan bebas. Pengetahuan dari orangtua dapat membuat anak untuk tidak mencoba-coba dan terpengaruh terhadap lingkungan pergaulan bebas. Dan anak dapat berkata tidak untuk hal yang negatif.

Anak menjadi emas dan pelita bagi keluarga, masyarakat, dan bangsa Indonesia, rusak begitu saja karena tidak ada pendampingan dari kita. Pendampingan dari orangtua dan masyarakat luas sangatlah penting dalam mendidik anak agar generasi muda saat ini tidak rusak dan memiliki moral yang tinggi. Merekalah yang ke depannya menentukan nasib Indonesia. Mari bersama-sama menjaga dan membimbing generasi muda kita agar mereka dapat membawa bangsa Indonesia dalam suatu kemajuan positif nantinya. Kepedulian kita terhadap masa depan anak merupakan emas yang tak ternilai harganya bagi Indonesia.
(selengkapnya...»)